Dinamika Politik Lokal dalam Pemilihan Kuwu di Kabupaten Indramayu: Analisis Masyarakat dan Pengaruh Elit Lokal
Oleh :
Shobani, S.Pd.I., M.H.I.
Di tengah gegap gempita politik nasional, ada sebuah panggung politik yang tak kalah menarik untuk disimak: pemilihan kepala desa atau yang di Indramayu dikenal dengan sebutan Kuwu. Proses demokrasi di tingkat akar rumput ini seringkali menjadi cermin nyata dari dinamika sosial, budaya, dan politik masyarakat. Di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, pemilihan Kuwu bukan sekadar ajang pergantian kepemimpinan formal, melainkan sebuah arena kompleks tempat kepentingan masyarakat biasa bertemu dan terkadang berbenturan dengan pengaruh kuat elit lokal.
Artikel ini akan mengupas tuntas dinamika tersebut, menganalisis peran masyarakat dan bagaimana pengaruh elit membentuk peta politik di tingkat desa.
Kuwu: Figur Sentral di Tengah Masyarakat
Dalam struktur sosial masyarakat Indramayu, Kuwu menempati posisi yang sangat strategis dan dihormati. Ia bukan hanya administrator desa, tetapi juga pemimpin informal, penengah konflik, dan seringkali simbol pemersatu.
Masyarakat mengharapkan Kuwu mampu membawa perubahan nyata, mulai dari perbaikan infrastruktur, peningkatan ekonomi, hingga pelestarian adat istiadat. Ekspektasi yang tinggi inilah yang membuat proses pemilihan Kuwu menjadi sangat emosional dan penuh pertarungan.
Dinamika Masyarakat: antara Rasionalitas, Tradisi, dan Kepentingan Langsung
Perilaku pemilih dalam Pilkades di Indramayu sangat beragam dan tidak bisa disederhanakan.
Beberapa pola dapat diidentifikasi:
Politik Afeksi dan Kekerabatan (Basa-Basi): Ikatan kekeluargaan dan hubungan kekerabatan (silaturahmi) masih menjadi faktor penentu yang kuat. Calon yang memiliki hubungan darah atau marga yang besar di desa seringkali memiliki basis suara yang otomatis. Dukungan ini bersifat primordial dan sulit tergoyahkan oleh janji-janji program.
Politik Uang (Money Politics): Praktik bagi-bagi uang atau barang (seperti sembako, kaos, atau semburan proyek) masih menjadi momok dalam banyak Pilkades.
Bagi sebagian masyarakat, terutama dari kalangan ekonomi lemah, bantuan langsung ini seringkali dianggap lebih konkret daripada janji program yang abstrak dan jangka panjang.
Pencarian Figur (People Politics): Tidak sedikit pula masyarakat yang mulai kritis dan memilih berdasarkan rekam jejak dan integritas calon. Mereka mencari figur yang dikenal jujur, rendah hati, dan memiliki visi yang jelas untuk membangun desa. Kelompok pemuda dan kaum terdidik biasanya cenderung pada pola pemilihan seperti ini.
Pengaruh Tokoh Masyarakat: Kiai, sesepuh desa, dan ketua kelompok tani/nelayan memiliki pengaruh yang signifikan. Rekomendasi dari mereka dapat mengerahkan suara dalam jumlah besar dari para pengikutnya.
Pengaruh dan Strategi Elit Lokal
Di balik tarik ulur kepentingan di tingkat masyarakat, beroperasi pula para elit lokal yang memiliki kepentingan terhadap jabatan Kuwu.
Elit ini bisa berupa pengusaha, politisi dari partai di tingkat kecamatan/kabupaten, atau bahkan keluarga Kuwu petahana yang ingin melanggengkan kekuasaan.
Politik Dinasti: Banyak kasus di Indramayu di mana jabatan Kuwu diwariskan kepada keluarga inti, seperti anak atau menantu. Mereka memanfaatkan jaringan kekuasaan, akses sumber daya, dan pengaruh yang sudah dibangun oleh Kuwu petahana untuk memenangkan sang penerus.
Koalisi dengan Pengusaha: Calon Kuwu seringkali menjalin hubungan simbiosis dengan pengusaha lokal. Pengusaha menyediakan dana kampanye, dan sebagai balasannya, mereka mengharapkan kemudahan dalam perizinan usaha atau proyek pembangunan di desa jika calonnya menang.
Pendekatan ke Basis
Massa: Elit lokal yang cerdik tidak hanya mengandalkan uang. Mereka melakukan pendekatan kultural, seperti menghadiri pengajian, selamatan desa (hajatan), atau membantu menyelesaikan masalah warga.
Pendekatan ini bertujuan untuk membangun ikatan emosional dan citra sebagai “orang dari rakyat”.
Pemanfaatan Isu Identitas: Isu-isu seperti agama, asal-usul kedaerahan, atau dukungan terhadap kelompok tertentu kadang dimainkan untuk mengonsolidasi dukungan dan mendelegitimasi lawan.
Titik Temu dan Konflik: Sebuah Simbiosis yang Tidak Setara
Dinamika politik Pilkades di Indramayu adalah sebuah simbiosis yang kompleks. Di satu sisi, masyarakat bukanlah entitas yang pasif. Mereka memiliki daya tawar dan agency untuk memilih berdasarkan pertimbangan mereka sendiri, baik yang rasional maupun tradisional.
Namun di sisi lain, pengaruh elit dan modal yang mereka miliki seringkali menciptakan ketimpangan dalam kontestasi.
Praktik politik uang dan warisan kekuasaan dapat mereduksi makna demokrasi menjadi sekadar transaksi dan perpetuasi kekuasaan segelintir orang. Hal ini berpotensi meminggirkan calon-calon kompeten dari kalangan biasa yang tidak memiliki backing finansial atau jaringan politik yang kuat.
Penutup: Masa Depan Demokrasi Desa di Indramayu
Pemilihan Kuwu di Kabupaten Indramayu adalah miniatur dari demokrasi Indonesia yang sesungguhnya—penuh warna, dinamika, dan tantangan. Masyarakat dengan segala kompleksitasnya menjadi aktor utama, sementara elit lokal memainkan peran yang tak terbantahkan dalam mengarahkan pilihan.
Ke depan, masa depan demokrasi desa di Indramayu sangat bergantung pada peningkatan kesadaran kritis masyarakat. Pendidikan politik, transparansi anggaran desa, dan peran aktif kelompok masyarakat sipil dalam mengawasi proses pemilihan menjadi kunci untuk meminimalisasi pengaruh negatif elit dan politik uang.
Pada akhirnya, tujuan utama dari seluruh dinamika ini adalah terpilihnya Kuwu yang tidak hanya kuat secara dukungan politik, tetapi juga legitimit secara moral dan mampu membawa kesejahteraan yang inklusif bagi seluruh warganya.