PERAN GURU NGAJI DI ERA DIGITAL

Peran Guru Ngaji di Era Digital(Transformasi, Relevansi, dan Tantangan Kontemporer)By: Mahfudz Rozaq, M.SosPendahuluanEra digital telah merombak lanskap pendidikan secara menyeluruh, termasuk dalam pembelajaran agama dan Al-Qur’an. Munculnya berbagai platform, aplikasi, dan konten Islami secara daring menimbulkan pertanyaan mengenai relevansi figur tradisional, termasuk guru ngaji (atau Mu’allim, Ustadz/Ustadzah Al-Qur’an). Artikel ini akan membahas bagaimana peran guru ngaji tidak hanya bertahan, tetapi bertransformasi menjadi lebih krusial dalam menghadapi tantangan dan peluang era digital.B. Pembahasan1. Peran sebagai Inovator dan Pengintegrasi TeknologiGuru ngaji di era digital dituntut untuk beradaptasi dari sekadar pengajar lisan menjadi seorang inovator pedagogis.Pemanfaatan E-Learning: Menggunakan platform pembelajaran seperti Moodle, Google Classroom, atau aplikasi konferensi video (Zoom/Meet) untuk kelas Tahsin, Tahfidz, dan Tafsir secara daring. Ini memperluas jangkauan dakwah dan mengatasi hambatan geografis.Integrasi Sumber Belajar Digital: Mengajak murid memanfaatkan aplikasi Al-Qur’an digital (misalnya, Quran Pro, iQuran) yang dilengkapi fitur pengulangan (loop), terjemahan, dan rekaman murattal sebagai alat bantu latihan mandiri.Penciptaan Konten Edukasi: Guru ngaji berperan sebagai content creator Islami yang membuat video pendek (misalnya di YouTube atau TikTok) mengenai tips praktis Tajwid, etika mengaji, atau kisah-kisah Islami yang dikemas menarik (edutainment), membantu menjangkau Gen Z dan Alpha.2. Peran Sentral sebagai Penjaga Sanad dan Kualitas BacaanInti dari pembelajaran Al-Qur’an adalah sanad (transmisi ilmu yang bersambung) dan ketepatan bacaan (tahsin). Teknologi belum mampu menggantikan peran ini.Koreksi Individual (Talaqqi): Tidak ada teknologi yang dapat menyamai kemampuan guru ngaji dalam mengoreksi Makhorijul Huruf (tempat keluarnya huruf) dan Sifatul Huruf (sifat-sifat huruf) secara detail dan personal.

Proses talaqqi (murid membaca, guru menyimak dan mengoreksi) tetap menjadi metode paling otoritatif.Transfer Ruh dan Penghayatan: Guru ngaji bukan hanya mengajarkan teknik membaca, tetapi juga menanamkan penghayatan terhadap makna dan adab terhadap Al-Qur’an. Interaksi langsung ini menciptakan ikatan emosional dan spiritual yang esensial dalam tarbiyah (pendidikan).3. Peran sebagai Pembimbing Akhlak dan Literasi DigitalPeran terpenting guru ngaji adalah sebagai pendidik karakter (tarbiyah), yang relevansinya semakin tinggi di tengah derasnya informasi digital.

Penanaman Akhlak Digital: Guru ngaji membimbing murid untuk mengaplikasikan nilai-nilai Islam seperti tabayyun (konfirmasi berita), menjaga lisan (dari ghibah online), dan bersikap santun dalam interaksi media sosial.Filterisasi Informasi Agama: Di tengah banjirnya informasi keagamaan yang tidak terverifikasi (hoax) atau ajaran ekstrem, guru ngaji berperan sebagai filter dan gatekeeper. Mereka membantu murid membedakan antara sumber yang kredibel (tsiqah) dan yang tidak, serta membimbing pemahaman yang moderat (wasathiyah).Keteladanan (Uswah Hasanah): Guru ngaji harus menjadi teladan dalam penggunaan teknologi yang bijak dan beretika, menunjukkan bahwa media sosial dapat digunakan sebagai alat dakwah yang positif dan konstruktif.

4. Tantangan Utama Guru Ngaji di Era DigitalGuru ngaji menghadapi beberapa tantangan signifikan:Kesenjangan Kompetensi Digital: Tidak semua guru ngaji, terutama yang berusia senior, menguasai teknologi dan platform digital, sehingga memerlukan pelatihan yang intensif.Distraksi Belajar: Lingkungan daring penuh dengan potensi distraksi, sehingga guru ngaji harus lebih kreatif dalam mempertahankan fokus dan motivasi spiritual murid.Ancaman Individualisme: Pembelajaran daring berpotensi mengurangi interaksi sosial dan ukhuwah (persaudaraan), yang merupakan aspek penting dalam pendidikan agama tradisional.KesimpulanPeran guru ngaji di era digital adalah transformasi, bukan terminasi.

Mereka bertransformasi menjadi Guru Digital-Religius yang mengombinasikan keahlian dalam teknologi dengan integritas sanad keilmuan Islam. Teknologi berfungsi sebagai alat bantu yang kuat, tetapi transfer spiritual, koreksi kualitas bacaan secara personal, dan pembentukan akhlak tetap berada di tangan guru ngaji sebagai figur sentral. Dengan beradaptasi dan berinovasi, peran mereka akan terus relevan dan tak tergantikan dalam membentuk generasi Muslim yang cerdas digital dan kuat spiritual.D. Daftar PustakaAfif, A. (2020). Tantangan dan Peluang Lembaga Pendidikan Islam di Era Digital. Jurnal Pendidikan Islam, 4(1). (Membahas adaptasi pendidikan Islam terhadap teknologi).Fathurrohman, M. (2021). Peran Guru Ngaji dalam Membentuk Karakter Siswa di Era Globalisasi. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Al-Qur’an, 2(1). (Fokus pada peran tarbiyah dan karakter di tengah modernisasi).Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) Kemenag RI. (Berbagai Panduan dan Standar Kualitas Pengajaran Al-Qur’an). (Menjadi rujukan utama mengenai standardisasi bacaan dan keilmuan).Nasution, R. A. (2019). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam, 7(2). (Mengulas integrasi TIK dalam PAI, yang relevan dengan metodologi guru ngaji).Ahmad, K. R. (2022). Talaqqi Daring: Efektivitas Metode Pembelajaran Al-Qur’an di Masa Pandemi. (Studi kasus mengenai keberlanjutan metode talaqqi menggunakan media digital).

Ayo bergabung menjadi mahasiswa STIDKI NU Indramayu!

Populer