Bedah Buku “Pesan Sang Pendidik Sejati Abah KH. Dimyati Rois”: Meneladani Sosok Ulama dalam Perspektif Komunikasi dan Penyiaran Islam
Oleh: Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam Nahdlatul Ulama (STIDKI NU) Indramayu
Pendahuluan
Pada hari Jumat, 24 Oktober 2025 pukul 13.00 WIB, Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) STIDKI NU Indramayu menyelenggarakan sebuah kegiatan ilmiah yang inspiratif bertajuk “Seminar dan Bedah Buku Pesan Sang Pendidik Sejati Abah KH. Dimyati Rois karya Toto Ismail”. Acara ini berlangsung di aula utama kampus dengan dihadiri oleh dosen, mahasiswa, serta tamu undangan dari kalangan pesantren dan masyarakat umum.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperdalam nilai-nilai pendidikan Islam dan komunikasi dakwah yang terkandung dalam sosok KH. Dimyati Rois, seorang ulama kharismatik asal Kajen, Jawa Tengah, yang dikenal luas sebagai pendidik sejati, mursyid spiritual, sekaligus tokoh teladan dalam dunia pesantren. Melalui kegiatan ini, Prodi KPI berupaya menanamkan semangat keteladanan dan nilai-nilai komunikasi Islami yang relevan dengan tantangan dakwah modern.
Latar Belakang Kegiatan
Bedah buku ini dilaksanakan sebagai bagian dari program rutin akademik Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam yang berfokus pada penguatan literasi dakwah dan pengembangan karakter mahasiswa. Buku Pesan Sang Pendidik Sejati Abah KH. Dimyati Rois karya Toto Ismail dipilih karena sarat makna keilmuan, spiritualitas, dan keteladanan sosial yang selaras dengan visi pendidikan STIDKI NU Indramayu, yaitu mencetak dai komunikatif yang berakhlakul karimah dan berwawasan ke-NU-an.
Abah KH. Dimyati Rois dikenal bukan hanya sebagai tokoh pesantren, melainkan juga sebagai sosok pendidik yang menyampaikan pesan dakwah dengan pendekatan komunikasi hati, keteladanan, dan kasih sayang. Dalam konteks Prodi KPI, nilai-nilai tersebut menjadi sangat penting karena komunikasi Islam bukan sekadar penyampaian pesan, tetapi juga seni membentuk makna melalui perilaku dan keteladanan.
Jalannya Kegiatan
Acara dimulai tepat pukul 13.00 WIB dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, dilanjutkan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Nahdlatul Ulama. Sambutan pertama disampaikan oleh Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam yang menekankan pentingnya kegiatan literasi keislaman di lingkungan mahasiswa. Menurutnya, membaca dan mendalami buku-buku tokoh ulama seperti KH. Dimyati Rois merupakan upaya memperkuat basis intelektual sekaligus spiritual mahasiswa dakwah.
Selanjutnya, Ketua STIDKI NU Indramayu dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas inisiatif Prodi KPI yang konsisten menggelar kegiatan ilmiah berbasis kajian teks dan tokoh. Ia menegaskan bahwa mahasiswa KPI harus memiliki kemampuan analisis terhadap pesan dakwah yang disampaikan para ulama, baik secara verbal maupun nonverbal, agar mampu menjadi komunikator Islam yang arif dan efektif di tengah masyarakat modern.
Acara kemudian memasuki sesi inti yaitu bedah buku. Narasumber utama, Toto Ismail, selaku penulis buku Pesan Sang Pendidik Sejati Abah KH. Dimyati Rois, hadir langsung memberikan pemaparan mendalam mengenai latar belakang penulisan, proses riset, serta nilai-nilai komunikasi yang terkandung dalam sosok Abah Dimyati. Ia menjelaskan bahwa buku ini lahir dari pengalaman spiritual dan interaksi langsung dengan Abah Dimyati, seorang ulama yang mendidik umat bukan hanya dengan kata, tetapi dengan sikap dan teladan.
Menurut Toto Ismail, Abah Dimyati adalah cermin sejati dari pendidik hati. Dakwah beliau tidak penuh retorika, tetapi penuh makna. Dalam komunikasi Islam, hal itu dikenal sebagai da’wah bil hal—yakni dakwah melalui tindakan nyata. Gaya komunikasi Abah Dimyati yang lembut, rendah hati, dan penuh kasih sayang menjadi inspirasi dalam pengembangan etika komunikasi Islam di era digital yang sering kali keras dan penuh ujaran kebencian.
Nilai Komunikasi dan Dakwah dalam Buku
Dalam sesi diskusi, sejumlah dosen KPI menyoroti bahwa buku ini bukan hanya biografi tokoh, tetapi juga sarat dengan refleksi komunikasi Islam. Di antaranya adalah nilai komunikasi empatik, kesabaran dalam berdakwah, serta penggunaan bahasa santun dan menyentuh hati.
- Komunikasi Empatik:
Abah Dimyati dikenal memiliki kepekaan tinggi terhadap perasaan orang lain. Ia mendengarkan lebih banyak daripada berbicara. Sikap ini menggambarkan prinsip komunikasi Islam yang menempatkan pendengar sebagai pusat, bukan pembicara. - Kesabaran dalam Dakwah:
Dalam banyak kisah, Abah Dimyati tidak pernah menegur dengan keras. Ia memilih memberi teladan dan waktu agar seseorang berubah dengan kesadarannya sendiri. Inilah bentuk komunikasi persuasif dalam Islam yang menekankan kasih sayang sebagai inti dakwah. - Bahasa yang Menyentuh Hati:
Dalam buku ini digambarkan bahwa Abah Dimyati sering menggunakan perumpamaan sederhana, kisah, dan doa sebagai media penyampaian pesan. Bahasa sederhana itu justru mampu menembus hati jamaah karena lahir dari keikhlasan dan ketulusan.
Nilai-nilai tersebut menjadi relevan bagi mahasiswa KPI yang sedang menempuh pendidikan dalam bidang dakwah, jurnalistik, dan komunikasi digital. Mereka dituntut untuk menginternalisasi etika komunikasi ulama agar pesan dakwah tetap sejuk dan meneduhkan di tengah derasnya arus informasi global.
Refleksi Mahasiswa dan Dosen
Setelah pemaparan narasumber, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang diwarnai antusiasme peserta. Mahasiswa KPI mengajukan berbagai pertanyaan, mulai dari bagaimana menerapkan nilai-nilai dakwah Abah Dimyati di media sosial, hingga bagaimana mengkomunikasikan pesan Islam tanpa menyinggung perbedaan.
Salah satu mahasiswa menuturkan bahwa kegiatan ini memberikan kesadaran baru tentang makna komunikasi Islami yang tidak sekadar berbicara di depan publik, tetapi tentang bagaimana kita menghadirkan keteladanan dalam setiap tindakan. Dosen pembimbing menambahkan bahwa komunikasi spiritual seperti yang dicontohkan Abah Dimyati adalah bentuk tertinggi dari penyiaran Islam, karena ia menyentuh sisi terdalam dari manusia: hati.
Makna Filosofis: Abah Dimyati sebagai “Komunikator Sejati”
Dalam perspektif keilmuan Komunikasi dan Penyiaran Islam, sosok Abah Dimyati Rois dapat disebut sebagai komunikator sejati. Ia menyampaikan pesan-pesan Allah dan Rasul dengan media perilaku. Dalam teori komunikasi, ini termasuk bentuk nonverbal communication yang memiliki daya pengaruh kuat karena konsisten antara ucapan dan tindakan.
Buku Pesan Sang Pendidik Sejati menampilkan bagaimana Abah Dimyati membangun komunikasi interpersonal dengan jamaah melalui pendekatan batiniah. Ia menekankan pentingnya niat, kesabaran, dan akhlakul karimah sebagai inti keberhasilan komunikasi. Prinsip ini menjadi pembelajaran penting bagi mahasiswa KPI untuk mengembangkan komunikasi dakwah yang berbasis etika dan spiritualitas.
Penutup dan Rekomendasi
Kegiatan bedah buku ini ditutup dengan doa bersama dan penyerahan kenang-kenangan kepada penulis buku. Dalam kesimpulannya, moderator menegaskan bahwa membaca buku ini bukan sekadar mengenang sosok Abah Dimyati Rois, tetapi juga menghidupkan nilai-nilai komunikasi spiritual yang sangat dibutuhkan di era modern.
Melalui kegiatan ini, Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam STIDKI NU Indramayu menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan literasi dakwah yang berakar pada tradisi pesantren namun tetap relevan dengan perkembangan teknologi komunikasi. Diharapkan, mahasiswa KPI dapat menjadi penerus nilai-nilai dakwah Abah Dimyati dengan cara menyebarkan pesan Islam yang damai, sejuk, dan mencerahkan di berbagai media.
Seminar ini bukan hanya kegiatan akademik, tetapi juga ruang refleksi untuk memperkuat identitas keilmuan dan ke-NU-an. Seperti pesan yang selalu diingat dari Abah Dimyati:
“Jadilah pendidik yang menghidupkan, bukan hanya mengajarkan. Karena hati lebih membutuhkan sentuhan daripada sekadar kata-kata.”