Kearifan Lokal yang Menyelamatkan Harmoni: Adat Unjungan Buyut Ki Mas Raksadipura Desa Mundak Jaya Blok Badak, Kecamatan Cikedung
Tuminih, M. Pd.
Pendahuluan
Di tengah arus modernisasi yang terus bergulir tanpa henti, banyak tradisi lokal yang perlahan hilang dari ingatan masyarakat. Namun, di beberapa daerah, kearifan lokal justru dipertahankan sebagai sumber harmoni sosial, spiritual, dan budaya. Salah satu tradisi yang tetap hidup dan menjadi bagian penting dari identitas masyarakat adalah Adat Unjungan Buyut Ki Mas Raksadipura yang berkembang di Desa Mundak Jaya Blok Badak, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu.
Upacara adat ini bukan hanya ritual seremonial, tetapi juga simbol penghormatan terhadap leluhur, rasa syukur, serta penjaga keharmonisan manusia dengan alam dan sesama. Tradisi ini menjadi bukti bahwa kearifan lokal memiliki peran vital sebagai penyeimbang dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks.
Artikel ini mengurai sejarah, makna, prosesi, serta relevansi tradisi Unjungan Buyut Ki Mas Raksadipura di tengah masyarakat masa kini. Diharapkan, pembahasan ini memberi gambaran mendalam tentang bagaimana kearifan lokal dapat “menyelamatkan harmoni” sosial dan spiritual pada komunitas yang menjaganya.
Sejarah Adat Unjungan Buyut Ki Mas Raksadipura
- Asal-usul Ki Mas Raksadipura
Berdasarkan penuturan tokoh masyarakat dan cerita turun-temurun, Ki Mas Raksadipura dianggap sebagai salah satu leluhur atau tokoh penting yang berjasa dalam membangun kehidupan sosial di wilayah Mundak Jaya. Ia dikenal sebagai sosok yang bijaksana, berilmu, dan menjadi panutan dalam hal moral, keagamaan, serta pertanian.
Nama Raksadipura sendiri sering dikaitkan dengan tokoh pendatang yang membantu membuka lahan dan menata sistem kehidupan masyarakat pada masa awal terbentuknya permukiman.
- Tradisi Unjungan
Istilah “Unjungan” merujuk pada kegiatan memberikan penghormatan kepada leluhur melalui ritual simbolik, doa bersama, sedekah bumi, dan bersama-sama menguatkan persatuan masyarakat. Tradisi ini mirip dengan Nadran, Sedekah Bumi, atau Muludan di wilayah-wilayah Indramayu lainnya, tetapi memiliki kekhasan tersendiri yang tidak dimiliki daerah lain.
- Perkembangan dari Masa ke Masa
Seiring waktu, Unjungan Buyut Ki Mas Raksadipura mengalami berbagai adaptasi. Dulu, ritual ini sangat sakral dan dilakukan oleh pamong desa serta tokoh masyarakat tertentu. Kini, seluruh warga dapat terlibat, baik dalam bentuk doa, gotong royong, maupun pertunjukan seni tradisi.
Tradisi ini mampu bertahan karena masyarakat menyadari bahwa ia adalah “jembatan sejarah” yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Makna Filosofis Unjungan Buyut Ki Mas Raksadipura
- Menghormati Leluhur
Pada inti pelaksanaannya, Unjungan adalah bentuk penghormatan kepada sosok yang berjasa. Dalam budaya lokal, penghormatan bukan berarti menyembah, melainkan mengapresiasi perjuangan dan nilai hidup yang diwariskan leluhur.
Penghormatan ini mengingatkan masyarakat bahwa kehidupan yang mereka nikmati saat ini tidak terlepas dari jerih payah generasi sebelumnya.
- Wujud Syukur kepada Tuhan
Tidak ada ritual adat yang berdiri tanpa nilai spiritual. Unjungan dilakukan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas:
hasil panen,
keselamatan desa,
rezeki,
ketentraman,
serta harmoninya hubungan antar warga.
Melalui doa bersama, syukur itu disatukan dalam kebersamaan, menjadi sumber kekuatan sosial.
- Menjaga Harmoni Alam dan Manusia
Tradisi ini erat kaitannya dengan pertanian, karena mayoritas warga Mundak Jaya adalah petani. Dalam tradisi Jawa dan Sunda, manusia tidak boleh memisahkan dirinya dari alam. Ritual unjungan menjadi pengingat bahwa alam harus dijaga karena merupakan sumber kehidupan.
- Memperkuat Kebersamaan dan Identitas Kolektif
Ritual adat adalah ruang bertemunya semua elemen masyarakat:
pemuda,
petani,
tokoh agama,
tokoh adat,
aparat desa,
hingga anak-anak.
Gotong royong yang terjadi sebelum, saat, dan setelah tradisi berlangsung menumbuhkan rasa memiliki terhadap komunitas (sense of belonging). Ini menjadi modal sosial yang sangat penting untuk meminimalkan konflik sosial dan memperkuat persatuan.
Prosesi Unjungan Buyut Ki Mas Raksadipura
Prosesi tradisi ini berlangsung melalui beberapa tahapan yang penuh makna. Tiap tahapan mengandung nilai simbolik yang memperkaya pemahaman budaya masyarakat.
- Persiapan (Hajat Bersama)
Tahap awal melibatkan berbagai kegiatan:
musyawarah menentukan hari pelaksanaan,
pengumpulan dana swadaya masyarakat,
persiapan sesaji atau tumpeng,
pembuatan rangkaian ritual,
pembersihan area makam Buyut Ki Mas Raksadipura,
serta koordinasi dengan tokoh agama.
Kegiatan ini menunjukkan tingginya nilai kebersamaan dan gotong royong masyarakat setempat.
- Ziarah dan Doa Bersama
Biasanya, prosesi diawali dengan ziarah ke makam atau petilasan Ki Mas Raksadipura. Para tokoh adat memimpin pembacaan doa-doa keselamatan dan rasa syukur.
Di sinilah dimensi spiritual dari tradisi ini sangat terasa—suasana hening, khusyuk, dan penuh penghormatan.
- Prosesi Puncak Unjungan
Puncak acara ditandai dengan:
pembacaan doa syukur,
penyerahan tumpeng,
pemberian sedekah hasil bumi,
dan simbolik “unjungan” berupa penghormatan kepada leluhur.
Pada momen ini, masyarakat meminta keselamatan, kedamaian, serta panen yang melimpah.
- Pembagian Berkat dan Makanan Tradisional
Setelah doa bersama, masyarakat menikmati hidangan tradisional, seperti:
tumpeng,
jajanan pasar,
buah hasil panen,
kuliner khas Indramayu.
Pembagian makanan mencerminkan nilai keadilan sosial dan kebersamaan, bahwa semua orang—tanpa memandang status—berhak mendapatkan keberkahan.
- Pertunjukan Seni Tradisi
Beberapa tahun terakhir, rangkaian Unjungan sering dilengkapi pertunjukan budaya seperti:
genjring akrobat,
tarling,
wayang kulit,
sintren,
atau rudat.
Ini menjadi sarana hiburan sekaligus edukasi budaya bagi generasi muda.
Nilai Kearifan Lokal yang Terkandung
Tradisi Unjungan bukan hanya ritual, tetapi sarat nilai pendidikan sosial yang relevan untuk masyarakat modern.
- Kebersamaan dan Gotong Royong
Dalam budaya Indramayu, gotong royong adalah “urat nadi” sosial. Tradisi ini memperkuat solidaritas melalui:
kerja bakti,
persiapan makanan bersama,
pengelolaan dana swadaya,
hingga pelaksanaan acara.
Gotong royong menjadi kearifan lokal yang menjaga harmoni sosial.
- Pendidikan Moral Melalui Teladan Leluhur
Ki Mas Raksadipura dikenang bukan karena kekuasaannya, melainkan karena akhlak dan kebijaksanaannya. Dengan mengujungkannya, masyarakat diingatkan untuk:
rendah hati,
menjaga kejujuran,
saling menghormati,
dan menghargai sesama.
- Hubungan Manusia dengan Alam
Tradisi ini mengajarkan bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari alam. Nilai syukur terhadap hasil bumi mendorong masyarakat untuk bersikap bijak dalam menggunakan lahan, air, dan sumber daya lainnya.
- Identitas Budaya yang Menyatukan
Unjungan memberikan identitas khusus bagi Desa Mundak Jaya Blok Badak, sehingga generasi muda merasa bangga dengan kampung halamannya.
- Media Resolusi Konflik
Melalui musyawarah dan kebersamaan, Unjungan berperan sebagai ruang komunikasi yang memperkuat hubungan antar warga. Acara bersama dapat meredakan ketegangan sosial karena semua warga terlibat dalam satu tujuan bersama.
Tradisi sebagai Penjaga Harmoni di Era Modern
Di tengah penetrasi budaya global, masyarakat mudah terpengaruh oleh pola pikir individualistik dan pragmatis. Kearifan lokal seperti Unjungan Buyut Ki Mas Raksadipura menjadi “penyelamat harmoni” karena memberikan ruang bagi masyarakat untuk kembali pada:
nilai kebersamaan,
rasa syukur,
kepedulian sosial,
kedamaian hati.
Tradisi ini menegaskan bahwa kemajuan tidak harus menghapus akar budaya. Justru, budaya lokal dapat mendukung modernisasi dengan memberikan fondasi moral dan sosial yang kuat.
Upaya Pelestarian Tradisi
Agar tradisi Unjungan tidak hilang ditelan zaman, beberapa langkah dapat dilakukan:
- Dokumentasi dan Penelitian
Pemerintah desa dapat bekerja sama dengan:
mahasiswa,
peneliti budaya,
komunitas seni,
sekolah-sekolah
untuk mendokumentasikan prosesi lengkap Unjungan dalam bentuk buku, video, atau arsip digital.
- Pelibatan Generasi Muda
Melibatkan pemuda dalam:
kepanitiaan,
seni pertunjukan,
pengelolaan acara,
akan menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab budaya.
- Integrasi dengan Pendidikan Lokal
Sekolah di sekitar Mundak Jaya dapat memasukkan muatan lokal berupa:
sejarah Ki Mas Raksadipura,
nilai-nilai kearifan lokal,
makna tradisi Unjungan.
- Mendukung Melalui Kebijakan Desa
Pemerintah desa dapat menjadikan tradisi Unjungan sebagai agenda budaya resmi yang dibiayai secara berkala.
- Mengadaptasi Tradisi dengan Tetap Menjaga Kesakralannya
Pelestarian harus memperhatikan:
esensi ritual,
etika adat,
serta tidak mengomersialkan tradisi secara berlebihan.
Penutup
Adat Unjungan Buyut Ki Mas Raksadipura di Desa Mundak Jaya Blok Badak bukan hanya tradisi biasa, tetapi kearifan lokal yang menyelamatkan harmoni dalam kehidupan masyarakat. Di dalamnya terkandung nilai penghormatan kepada leluhur, rasa syukur kepada Tuhan, kebersamaan, dan hubungan harmonis antara manusia dengan alam.
Di tengah dunia yang semakin cepat berubah, tradisi seperti ini menjadi jangkar budaya yang meneguhkan identitas dan karakter masyarakat. Keberadaan Unjungan memastikan bahwa nilai-nilai luhur tidak hilang meski zaman terus berganti.
Dengan melestarikan tradisi ini, masyarakat tidak sekadar menjaga budaya, tetapi juga menjaga ruang perjumpaan, kedamaian sosial, dan harmoni yang diwariskan dari generasi ke generasi.