Tarso Pengajar di Program Studi Bimbingan dan Konseling IslamSekolah Tinggi Ilmu Dakwah Dan Komunikasi Islam Nahdlatul Ulama Indramayu Mengutip perkataan dari Ketua STIDKI NU Indramayu yaitu Bapak Dr.Supendi Samian,M.M dalam acara pengarahan dan motivasi bagi seorang dosen, beliau mengatakan bahwa mengajar itu harus dengan rasa cinta, ini bagi kami Dosen atau Pengajar merasa sangat tergugah, atas perkataan dari Ketua STIDKI NU Indramayu, memang harus begitu bagi yang berpropesi seorang pendidik entah itu dosen, guru atau pun yang lainya. Mengajar dengan rasa cinta itu akan berbeda dengan mengajar tidak punya rasa cinta, kalau mengajar dengan rasa cinta yang ada adalah bagaimana supaya anak didik atau mahasiswa benar – benar mebjadi manusia yang seutuhnya.
Mengajar bukan hanya pekerjaan yang bertugas mengirimkan pengetahuan dari satu orang ke orang lain; lebih dari itu, mengajar adalah keinginan dari hati yang didasari oleh rasa cinta, . Ketika seorang dosen atau pendidik masuk ke dalam kelas dengan hati penuh kasih, energi positif itu langsung mengisi setiap sudut ruangan. Pembelajaran dengan rasa cinta, itu akan berbeda dengan penuh kasih sayang Cinta ini terlihat dalam kesabaran yang tidak pernah habis ketika menghadapi siswa yang mengalami kesulitan, serta kepedulian untuk menemukan cara mengajar yang tepat sesuai dengan gaya belajar masing-masing siswa.
Tanpa dasar cinta, tugas mengajar akan terasa berat dan seperti rutinitas, hanya fokus pada pencapaian materi pelajaran saja, dan tidak mampu menyentuh makna sebenarnya dari pendidikan, yakni pembentukan kepribadian dan pengembangan diri. Dengan cinta, setiap masalah di dalam kelas berubah jadi humanis serta bisa untuk membangun empati, serta saling menghargai antara dosen dan pendidik cinta ini menjadi semangat yang mendorong dosen dan pendidik untuk terus berkreativitas dan memberikan yang terbaik, bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai dosen dan guru yang menjadi teladan dan mentor, bagi para mahasiswanya.Rasa cinta dalam melakukan pembelajaran adalah hal yang paling urgen, karena bisa membangun komunikasi dan juga ada rasa percaya antara dosen pendidik dan mahasiswa. Ini adalah fondasi yang paling utama dalam setiap proses belajar mengajar.
Saat mahasiswa merasa diperhatikan dicintai dan diterima tanpa syarat, mereka akan lebih berani mencoba melakukan hal yang baru, jujur mengakui kesulitan yang mereka alami. Rasa percaya inilah yang bisa menghilangkan rasa takut menghadapi kegagalan, yang sering jadi hambatan dalam belajar. Seorang dosen dan pendidik yang mengajar dengan cinta tidak hanya melihat nilai di rapor, tetapi juga melihat perkembangan jiwa mahasiswa, termasuk kelebihan, keunikan, dan kekurangannya. Pendekatan ini memungkinkan dosen, pendidik akan lebih dekat dengan mahasiswa, memahami latar belakang mereka, dan memberikan dukungan emosional yang sama pentingnya dengan bimbingan akademik.
Cinta dalam mengajar mengubah hubungan antara dosen, pendidik dan mahasiswa menjadi ikatan yang saling mendukung, di mana keduanya bisa belajar dan berkembang bersama.Implementasi perasaan cinta ini dilakukan dengan cara yang lembut dan memperhatikan kebutuhan setiap mahasiswa, mengakui bahwa setiap anak adalah orang yang utuh dengan perasaan dan kebutuhan yang bernilai. Seorang dosen atau pendidik yang punya hati yang lembut selalu berusaha memahami dunia dari sudut pandang mahasiswanya, menghargai perasaan, dan juga akan sadar bahwa pengalaman hidup mereka mempengahruhi cara mereka belajar. Ini berarti menghindari memberi label seperti ‘siswa nakal’ atau ‘siswa bodoh’, dan lebih fokus pada perilaku yang bisa diperbaiki serta potensi yang belum terungkap.
Cinta membuat dosen dan pendidik menciptakan lingkungan belajar yang ramah, di mana keberagaman dihormati dan setiap peran itu akan diberikan penghargaan, meskipun terlihat kecil. Dengan empati yang tulus, dosen serta pendidik bisa menjadi penghubung yang menghubungkan materi pelajaran yang abstrak dengan kehidupan nyata pada mahasiswa, sehingga terasa relevan dan bermakna. Ketika mahasiswa merasa diakui sebagai manusia utuh, bukan hanya sebagai penerima materi, semangat belajar mereka akan muncul secara alami, menjadi pribadi yang utuh.Mengajar dengan rasa cinta berarti punya komitmen untuk melihat dan membantu setiap mahasiswa menemukan potensi terbaiknya, bahkan kalau mereka belum sadar sendiri. Cinta seperti mata yang jernih, mampu melihat melalui kesulitan dan hambatan, sehingga bisa melihat bakat yang tersembunyi di dalam diri mahasiswa.
Dosen dan pendidik yang penuh kasih tidak pernah menyerah pada mahasiswa yang dianggap susah atau lambat, justru mereka semakin termotivasi mencari cara membangkitkan semangat belajar dari mahasiswa itu sendiri. Ini melibatkan pengakuan bahwa kecerdasan tidak hanya ada di kemampuan logika dan bahasa, tetapi juga termasuk kecerdasan emosional, musikal, kinestetik, dan lainnya. Dengan cinta, dosen dan pendidik merayakan kemajuan kecil, memberi dorongan tepat waktu, dan menjadi sumber inspirasi yang memandu dimana mahasiswa menuju versi terbaik dari diri mereka. Dosen atau pendidik yang mencintai pekerjaannya seperti seorang pemahat jiwa yang sabar, yang perlahan membentuk masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang maksudnya para mahasiswa.Dampak jangka panjang dari mengajar dengan penuh cinta tidak hanya terbatas pada hasil belajar semata, tetapi juga membentuk nilai-nilai kehidupan dan kemanusiaan yang penting bagi mahasiswa di masa depan. Para dosen dan pendidik yang mengajarkan dengan semangat dan kasih sayang sejati tidak hanya memberi tahu rumus atau tanggal, tetapi juga mengajarkan semangat pantang menyerah, integritas, dan pentingnya membantu sesama.
mahasiswa yang diajar oleh dosen penuh kasih akan tumbuh menjadi orang yang lebih penuh empati, tangguh, dan percaya diri. Karena mereka merasa diterima dan diakui oleh seseorang yang memiliki pengaruh besar dalam hidup mereka. Pengalaman positif di kelas akan menciptakan kenangan emosional yang tetap menyertai mahasiswa, mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan orang lain dan menghadapi kesulitan hidup. Dengan demikian, dosen atau pendidik yang mencintai pekerjaannya bagaikan seorang arsitek sosial yang membantu membangun masyarakat yang lebih baik, di mana kasih sayang dan kepedulian menjadi nilai yang diwariskan kepada para mahasiswa.Jadi, inti dari pekerjaan mengajar yang benar-benar baik tidak terletak pada kemampuan menguasai materi secara sempurna, melainkan pada kemampuan dosen dan pendidik untuk menyampaikan kasih sayang yang tulus dalam setiap interaksi belajar mengajar. Perasaan cinta ini adalah hal yang mendasar yang membuat proses belajar menjadi lebih manusiawi, mengubah pada dosen dan pendidik dari sekadar orang yang memberi informasi menjadi pembimbing jiwa dan teladan yang bisa menginspirasi, itulah sebenarnya tugas para dosen dan juga pendidik,
agar bagimana cara yang terbaik untuk melakukan terobosan – terobosan yang dapat mengubah paradigm berpikir untuk mahasiswanya. Cinta pada seorang dosen dan juga pendidik ini juga mendorong terciptanya lingkungan belajar yang aman, juga begitu humanis dan penuh rasa percaya, yang akhirnya mampu membebaskan potensi terbaik setiap mahasiswa, maka, bagi para dosen dan pendidik, penting untuk terus-menerus menyalakan kembali api cinta dalam hati, karena hanya dengan cinta, tugas mulia mengajar bisa dilakukan secara utuh, dan dampaknya bisa dirasakan jauh melebihi ruang kelas, membentuk masa depan bangsa yang lebih berakhlak dan penuh empati. Untuk di jadikan landasan agar para mahasiswa it uterus berkarya dalam rangka untuk menemukan jati dirinya.