Indramayu, 20 September 2025. Akhlak memiliki posisi sentral dalam kehidupan manusia karena menjadi dasar dalam merawat alam semesta sekaligus membangun peradaban. Rasulullah SAW menegaskan dalam sabdanya, “Innamâ bu‘itstuli utammima makârimal akhlâq” yang berarti bahwa beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Hal ini menunjukkan bahwa inti dari misi kenabian adalah akhlak, bukan hanya dalam ranah ibadah ritual, melainkan juga dalam relasi sosial dan tata kelola kehidupan Merawat jagad atau alam semesta menuntut sikap yang selaras dengan nilai-nilai akhlak. Alam bukan sekadar objek eksploitasi, tetapi juga amanah yang harus dijaga. Dengan demikian,membangun peradaban yang beradab berarti menyeimbangkan hubungan manusia dengan Sang Pencipta, sesama manusia, dan lingkungan. Tanpa akhlak, pembangunan peradaban hanya akan melahirkan kerusakan, keserakahan, dan ketimpangan sosial. Dalam konteks kebangsaan Indonesia, nilai akhlak tersebut diwujudkan melalui cinta tanah air (hubbul wathan minal iman). Prinsip ini mengajarkan bahwa iman tidak hanya ditunjukkan dengan ibadah, tetapi juga melalui kepedulian terhadap bangsa dan tanah air. Cinta tanah air yang dilandasi akhlak mulia akan menghasilkan perilaku yang empiris, rasional, dan intuitif, sehingga tidak terjebak pada semangat semu, tetapi berakar pada sikap nyata yang konstruktif. Peran ulama dalam membimbing umat menjadi sangat penting. Mencintai ulama merupakan bentuk penghormatan kepada pewaris para nabi yang menjaga kemurnian agama dan nilai akhlak. Dengan mengikuti arahan ulama, umat memiliki pedoman yang jelas dan terukur dalam beragama maupun berbangsa. Hal ini mencegah generasi dari sikap kehilangan arah akibat derasnya arus globalisasi dan derasnya informasi yang belum tentu benar.Sikap tabayyun atau klarifikasi menjadi bagian dari akhlak yang relevan dengan tantangan zaman. Di era digital, masyarakat sering kali terjebak dalam obrolan yang konsumtif, bahkanmenyebarkan informasi tanpa verifikasi. Akhlak tabayyun mengajarkan agar setiap kabar diperiksa sebelum diyakini atau disebarkan. Dengan demikian, akhlak bukan hanya teori, tetapijuga mekanisme praktis untuk membangun masyarakat yang sehat, kritis, dan beradab.Indonesia kini menghadapi tantangan besar terkait pengelolaan bonus demografi. Jikatidak diarahkan dengan akhlak yang benar, potensi besar generasi muda pada tahun 2035 justrudapat berubah menjadi masalah, terutama munculnya gaya hidup hedonistik. Hal inimenunjukkan bahwa akhlak harus menjadi instrumen utama dalam membimbing generasi agarproduktif, bukan sekadar konsumen budaya global yang merugikan dirinya sendiri.Pengalaman beberapa negara seperti Amerika, Korea Selatan, dan Jepang dapat menjadicermin bagi Indonesia. Negara-negara tersebut berhasil memanfaatkan bonus demografidengan mencetak generasi yang kreatif, inovatif, dan berdaya saing global. Kunci keberhasilanmereka bukan hanya teknologi, tetapi juga nilai kerja keras, disiplin, dan etos hidup yang sejalandengan akhlak sosial. Indonesia harus belajar agar tidak tertinggal dalam kompetisi global Proses kelahiran Nabi Muhammad SAW dapat dimaknai sebagai simbol awal dari misimerawat jagad dan membangun peradaban. Kehadirannya membawa perubahan besar darimasyarakat jahiliyah menuju masyarakat berperadaban. Rasulullah tidak hanya memperbaikiakhlak individual, tetapi juga membentuk tatanan sosial, ekonomi, dan politik yang berlandaskankeadilan serta keseimbangan. Hal ini menjadi teladan bagi umat Islam di setiap zaman.Dengan demikian, membangun peradaban tidak cukup hanya mengandalkan kecanggihanteknologi atau kekayaan sumber daya alam. Tanpa fondasi akhlak, semua itu akan rapuh danbahkan dapat membawa kehancuran. Akhlak menjadi ruh yang menghidupkan peradaban,memberikan arah, serta membimbing manusia untuk tidak terjebak dalam perilaku eksploitatifdan merusak. Akhlak juga memastikan bahwa pembangunan selalu berpihak padakemanusiaan dan keberlanjutan alam. Gagasan ini disampaikan oleh Ketua STIDKI NU Indramayu, Supendi Samian, S.E., M.M.,sebagai refleksi penting bagi generasi Muslim Indonesia. Pesan beliau menegaskan bahwaakhlak harus menjadi landasan dalam merawat jagad, membangun bangsa, dan menataperadaban. Hanya dengan akhlak mulia, Indonesia dapat menjadikan bonus demografi sebagaipeluang emas, melahirkan generasi yang kreatif, beriman, dan mampu berkontribusi bagi dunia.Sumber: ketua STIDKINU Indramayu
Sambutan Maulid Nabi Nabi Muhammad S.A.W STIDKI NU Indramayu 2025
- STIDKI NU Indramayu
